Rabu, 09 Maret 2011
Jumat, 04 Maret 2011
Musium Kesultanan Bulungan
Koleksi Unik dan Menarik Museum Kesultanan Bulungan.
Berbicara
mengenai sejarah dan budaya Bulungan, kita tentunya tidak bisa
melewatkan begitu saja mengenai koleksi-koleksi sejarah dan budaya
Bulungan yang tak ternilai harganya itu yang saat ini disimpan dengan
baik di Museum Kesultanan Bulungan, museum ini di bangun sekitar tahun
1999, dengan desain arsitektur yang mengacu pada model keraton
kesultanan Bulungan dengan skala yang lebih mini.
Banyak hal yang unik dan menarik, seakan terlewat begitu saja disekitar kita, tak terkecuali jika kita berkunjung ke museum Kesultanan Bulungan atau yang lebih dikenal dengan nama museum Bulungan, namun percaya atau tidak museum kebanggan masyarakat Bulungan ini menyimpan koleksi yang “tak biasa” yang mungkin agak sulit ditemukan pada tempat sejenis.
Saya akan membawa anda berkelana untuk menyaksikan sebagian keunikan benda-benda tinggalan sejarah Bulungan yang mungkin akan jarang anda temukan di tempat lain, mudah-mudahan ini akan merubah sedikit persepsi anda mengenai museum Bulungan ini. inilah persembahan dari Bulungan untuk dunia! ...
1. Sikat gigi paling mahal di Bulungan.
Kalau
saya ditanya, apa saja koleksi bulungan yang unik dan “tak biasa” ,
saya akan memulainya dengan koleksi sikat gigi paling mahal dan
bersejarah dari Bulungan, anda boleh percaya atau tidak jauh sebelum
produk sikat gigi menjadi bagian dalam kehidupan moderan masyarakat
Bulungan, benda bernama sikat gigi itu sudah dikenal di lingkungan
istana bulungan.
Salah satunya adalah koleksi yang diperkirakan milik Sultan Bulungan yang terakhir, sikat gigi ini menjadi istimewa karena bentuknya yang “tak biasa” terdiri dari bulu sikat yang lembut dipadukan dengan kemewahan gagang yang sepenuhnya terdiri dari besi putih atau mungkin perak murni, tersimpan dengan rapi dalam kotaknya yang berwarna putih. sayangnya belum tau pasta gigi seperti apa yang digunakan saat itu ^_^ .
2. Delphin Filter.
Jika
melihat koleksi unik yang satu ini, saya jadi teringat dengan galon air
mineral isi ulang, ya Delphil Filter adalah semacam galon isi ulang
tempo dulu, tapi tentu saja dengan tambahan kemewahan yang menawan
karena dilapis dengan keramik mahal bermutu tinggi. sayangnya koleksi
ini mungkin hanya satu-satunya yang dapat diselamatkan di museum
kesultanan Bulungan ini.
3. Meja yang berkilau dari Bulungan.
Sekilas, koleksi ini tampaknya hanya meja kayu kuno yang biasa-biasa saja, itu kalau anda tidak memperhatikannya dengan seksama, tapi tau kah anda bahwa meja kuno yang tampak tidak menarik ini sebenarnya dibuat dari lapisana potongan-potongan mutiara murni yang terbaik dikelasnya, secara artistik di sematkan sesuai pola-pola ukiran meja sehingga menambah keindahan meja kuno ini.
Salah satu keistimewaan meja kuno yang berkilau ini adalah, meja ini sebenarnya tidak terdiri dari satu potongan, melainkan dari dua potongan meja yang disambung dan dilepas sesuai kebutuhan. itu sebabnya meja kuno ini tampak dari jauh terdiri dari empat kaki, walau sebenarnya kalau anda jeli, anda pasti kan tau kalau meja ini terdiri dari delapan kaki yang saling disambungkan.
4. Piring termahal dari Bulungan.
Sewaktu
kecil saya pernah mendengan sebuah kisah tentang sebuah kerajaan yang
sangat kaya sampai-sampai saat sang raja menjamu para tamunya, ia
menggunakan piring, sendok dan gelas yang terbuat dari emas, dan setelah
selesai jamuan sang raja memerintahkan untuk membuang semua perabot
makan itu di kolam dibelakang istananya seolah memperlihatkan pada
tamunya bagaimana kekayaan dan kebesaran yang dimiliki kerajaannya.
Saya menyadari hal tersebut bukan hanya sekedar dongeng belaka, percaya atau tidak dimasa jayanya Kesultanan Bulungan menjamu para tamunya dengan piring mewah yang uniknya, pada bingkai piring itu dibuat dari sepuhan emas murni, beberapa koleksi Bulungan yang dapat diselamatkan dapat kita saksikan sampai hari ini, mungkin di museum ini, saya menemukan sebuah piring yang setara dengan potongan emas.
Rabu, 02 Maret 2011
Makam Keramat Ahmad Maghribi
(makam Syekh Ahmad Al-Magribi).
Bulungan-Banyak
warga yang belum tahu jika ternyata Wali Allah yang dimakamkan di Desa
Salimbatu atau yang dikenal makam Syekh Maulana Al-Magribi, bernama asli
Syaid Abdudurachman Al-Idrus berasal dari Sulu Filipina Selatan, dan
berjasa besar dalam menyebarkan Islam pertama kali di Bulungan.
Menurut
keterangan yang berhasil dihimpun Koran Kaltim, almarhum Syech Syaid
Abdudurachman Al-Idrus lebih dikenal dengan sebutan Al-Magribi tatkala
beliau wafat. Konon saat prosesi pemakaman dilaksanakan, matahari seakan
enggan masuk keperaduannya, karena menghormati kesolehan almarhum yang
sepanjang hidupnya hanya dipergunakan untuk beribadah dan berbuat
kebaikan kepada sesama.
Namun setelah warga yang ikut memakamkan
pulang kerumah waktu sudah menunjukan pukul 08.00 Wita malam. Maka mulai
semenjak itulah warga mengeramatkan makam Syech Syaid Abdudurachman
Al-Magribi.
Untuk menyebarkan Islam ke Bulungan, Syech Syaid
Abdudurachman Al-Idrus ditemani dua murid setianya yaitu Syech Al-Juhri
dan Sultan Iskandar salah satu Sultan yang berkuasa di salah satu
kerajaan di Sulu Filipina Selatan yang rela meninggalkan harta, keluarga
dan kekuasaan yang dimilikinya hanya semata-mata kecintaan yang tinggi
kepada Allah SWT.
Setelah Syech Syaid Abdududrachman Al-Idrus
wafat, kedua muridnya tetap melaksanakan dakwah untuk mengajak umat
islam mengikuti jejak keduanya untuk menegakkan agama Islam. Hingga
akhir hayatnya Syech Al-Juhri dan Sultan Iskandar tetap bermukim di Desa
Salimbatu diman makam keduanya berdampingan dengan makam sang guru
yaitu Syech Syaid Abdudurachman Al-Idrus.
Juru kunci makam Abdul
Majid mengatakan, keberhasilan dalam menyebarkan Islam di pesisir
Bulungan dan sekitarnya tidak hanya bisa menggugah hati warga. Bahkan
gaungnya juga bisa memasuki ke Keraton Kesultanan, dimana kebesaran
Islam ini mulai besar di Tanjung Palas ketika era almarhum Sultan
Kasimuddin memerintah, dimana satu-satunya Masjid yang dibangun pada
masa itu masih bisa kita saksikan sekarang. “Bahkan masih layak untuk
dipergunakan sebagai tempat ibadah bagi umat muslim setempat,” urainya.
(sah/dari berbagai sumber).
Selasa, 01 Maret 2011
Mesjid Tertua
Sejarah Masjid Sultan Kasimuddin
Sejarah
kesultanan Bulungan tidak secara spesifik menjelaskan sejarah pembangunan
masjid ini. hanya disinggung sedikit bahwa dimasa pemerintahan Sultan ke-6 Bulungan,
Datuk Alam bergelar Khalifatul Alam Muhammad Adil yang berkuasa tahun 1873 –
1875, beliau pernah merenovasi Masjid Jami’ Tanjung Palas. Namun tidak
menyebutkan kapan persisnya masjid tersebut dibangun. Namun dengan sendirinya
kita dapat menyimpulkan bahwa Masjid Jami Kesultanan Bulungan sudah berdiri
sebelum masa pemerintahan beliau yang hanya dua tahun itu.
Dan
ditambah lagi dengan kenyataan bahwa masjid yang di renovasi oleh Datuk Alam
adalah masjid Jami’ yang berbeda dengan Masjid Sultan Kasimuddin, karena
lokasinya berbeda tempat. Situs kemenag (kementrian agama RI) menyebutkan bahwa
“Masjid Kasimuddin didirikan pada waktu pemerintahan Sultan Maulana Muhammad
Kasimuddin (1901-1925). Setelah meninggal, beliau dimakamkan di halaman masjid
sebelah barat,sedangkan makam di sekitarnya merupakan makam keluarga raja.
Semasa
hidupnya Sultan Kasimuddin terkenal sebagai sultan bulungan yang gigih melawan
pengaruh Belanda di Bulungan, satu ucapan beliau yang sangat terkenal saat ia
menghentikan aturan protokoler Belanda yang mengharuskan Sultan menjemput di
dermaga ketika pejabat Belanda hendak berkunjung ke isana raja, “kalau kami
sendiri harus menjemput tuan Belanda dari kapal untuk menghadap raja, maka raja
mana lagi yang harus dikunjungi, karena saya adalah raja !,“
Ruang
utama Masjid Sultan Kasimuddin dengan rangkaian tiang tiang kayu ulin
yang langsing namun begitu kokoh meski sudah berusia begitu tua (foto
dari muzarkasy)
|
Menurut
H. E. Mohd Hasan, dkk, Mesjid Kasimuddin di Bangun sekitar tahun 1900-an, letaknya
tak begitu jauh dari bekas mesjid pertama yang dibangun oleh Sultan Datu Alam
Muhammad Adil yang berada di dekat tepi sungai Kayan. Lokasi masjid yang kini berdiri terpaut
sekitar 150 meter ke arah darat dari lokasi mesjid pertama. Pemindahan lokasi
masjid ini kemungkinan besar karena lokasi masjid lama sangat dekat dengan sungai,
sehingga dikhawatirkan pondasinya bisa rubuh dan membahayakan jemaah.
Kondisi
tanah agak becek karena berupa tanah rawa sehingga masyarakat bergotong royong
membersihkan dan menimbunnya. uniknya waktu penimbunan tanah pada siang hari
untuk kaum laki-laki sedangkan pada malam hari dikerjakan oleh kaum wanita.
tidak hanya masyarakat biasa, Sultan Kasimuddin, beserta staf istana dan
pegawai mesjid juga turut terlibat penuh dalam pembangunan mesjid bersejarah
ini.
Pada
awalnya lantai masjid ini hanya dilapisi tikar, kemudian dengan biaya Sultan Kasimuddin
sendiri lantai tersebut dipercantik dengan marmer sampai sekarang. marmer
dimesjid Kasimuddin ini kemduian diperindah dimasa Sultan Djalaluddin. Sisi
dalam masjid ini juga diperindah dengan seni kaligrafi Islam. sebagai bangunan
bersejarah Masjid Sultan Kasimuddin sudah beberapa kali mengalami pemugaran
yang dilaksanakan oleh Proyek Pelestarian/Pemanfaatan Peninggalan Sejarah dan
Purbakala Kalimantan Timur dari tahun anggaran 1992/1993-1993/1994.
Sebagai
masjid Kesultanan, mesjid Kasimuddin memiliki kaitan yang kuat dengan istana
Bulungan. pada awalnya para imam mesjid dijabat secara turun temurun. Jabatan
imam merupakan jabatan penting. Di tahun 1933 Sultan Kasimuddin melantik tiga
belas pejabat keagamaan di Istana Bulungan. Dan kemungkinan besar Qadi yang
dilantik pada saat itu adalah Hadji Baha'Uddin, ulama asal Minangkabau,
sedangkan Mufti kemungkinan besar adalah Hadji Syahabuddin Ambo' Tuwo, ulama
asal Wajo yang juga guru mengaji di Istana Bulungan tempo dulu. Dimasa Sultan
Kasimuddin berkuasa, jabatan Mufti Negeri, Qadi dan Imam Besar memiliki peran
dan pengaruh yang besar untuk melakukan pembinaan terhadap umat.
Sisi Mihrab, ruang mihrab dan mimbar di dalam Masjid Sultan Kasimuddin. sekilas saja tampak bahwa arah kiblat di dalam masjid ini sedikit miring. karenanya kemudian deretan sajadah di dalam nya di tata sedikit miring untuk menyesuaikan dengan arah kiblat. (foto dari muzarkasy)n |
Legenda Beduk di masjid Sultan Kasimuddin
Seperti
masjid masjid tua di Indonesia pada umumnya, masjid Sultan Kasimuddin ini juga
dilengkapi dengan Beduk yang sudah sama tuanya dengan bangunan masjidnya
sendiri namun masih berpungsi dan kondisi kayunya pun masih sangat baik. Berdasarkan
kisah tutur yang berkembang di masyarakat disebutkan bahwa Konon kayu yang
dijadikan beduk ini hanyut dari hulu dan terdampar didalam parit dekat lokasi pembangunan
mesjid kasimuddin, potongan kayu tersebut sudah berbentuk beduk (mungkin
maksudnya sudah berupa potongan kayu besar dengan rongga ditengahnya).
Mimbar di
Masjid Sultan Kasimuddin. Mimbar yang sudah berumur sama tuanya
denganbangunan utama masjid ini di ukir dengan sangat indah dengan
ukiran khas Bulungan. (foto dari muzarkasy)
|
Tradisi Masjid Sultan Kasimuddin
Dimasa
kesultanan, pada bulan-bulan hijriyah yang penting, ada tradisi berkumpulnya
para pemuka agama dan masyarakat serta kerabat kesultanan di istana Bulungan,
biasanya diawali dengan tembakan salvo "Meriam Sebenua", khususnya
pada awal dan akhir Ramadhan serta malam 1 Syawal. Sehari menjelang Ramadhan,
semua pengawai mesjid, berkumpul di istana untuk tahlilan menyambut ramadhan. Selesai
acara Sultan biasanya memberikan uang kepada pegawai mesjid atau jawatan
keagamaan masing masing kepada Qadi dan juga Mufti 35 gulden, para Imam 25
gulden, khatib 15 gulden dan Santri 10 gulden.
Selama
Ramadhan seluruh pegawai mesjid dan staf istana tidak ada yang meninggalkan
tempat khusus melaksanakan tugas mereka. sepanjang malam mesjid dan istana raja
ramai dengan acara Tadarus Al-Qur'an, Istana juga menyediakan makan bagi mereka
yang tadarusan, termasuk sajian buka puasa di masjid dan istana. Khatamul
Al-Qur’an dilaksanakan di masjid ini dilanjutkan dengan pembagian zakat fitrah
oleh pegawai Masjid. Di masjid ini juga pada masa jayanya Sultan mengeluarkan
zakat mall (harta) setiap tanggal 27 Ramadhan.
Arsitektural Masjid Sultan Kasimuddin
Luas
lahan Masjid Kasimuddin 3.560,25 m2, dan luas bangunan 585,64 m2. Bangunan
masjid terbuat dari kayu dan beton, berbentuk bangunan semi permanen. Dinding
bangunan terbuat dari papan kayu ulin. Menurut keterangan masyarakat setempat
pondasi dan lantainya terbuat dart campuran semen dan batu yang berlapiskan
tegel/ubin bermotif arsitektur Eropa yang diimpor dart Belanda. Ruang utama
berbentuk bujur sangkar, berukuran 19 × 19 m, tinggi bangunan sampai puncaknya
15,50 m.
Bangunan
ruang utama mempunyai beberapa tiang penyangga yang terdiri dari empat tiang
utama/saka guru dengan penampang segi empat, tinggi 11,15 m. Duabelas tiang
pembantu dengan penampang segiempat tinggi 8 m mengelilingi tiang utama. Lima
puluh buah tiang pembantu deretan ke tiga mengelilingi 12 tiang pembantu,
merupakan deretan tiang paling bawah yang sekaligus menjadi pegangan konstruksi
papan dinding dan pintu-pintu masjid, dan empat puluh tujuh tiang.
Beduk di Masjid Sultan Kasimuddin. (foto dari muzarkasy) |
Masjid
Kasimuddin tidak mempunyai jendela, namun memiliki 11 pintu yang terletak
disekeliling bangunan. terdiri dari 3 pintu depan, 3 pintu kiri, 3 pintu
disebelah kanan, dan 2 dua pintu lagi di bagian belakang dekat mimbar menghadap
ke kompleks kuburan Sultan Bulungan dan keluarga. Bangunan mihrab masjid ini mempunyai
kekhususan pada ruangan dan atapnya. Ruang mihrabnya berukuran 3,60 × 2,80 m
dengan bentuk segi lima. Dinding semi permanen terdiri atas bagian bawah
setinggi satu meter terbuat dari pasangan ubin/tegel bermotif dengan warna
hijau papan kuning, dinding atas terbuat dari bahan papan kayu ulin.
Di
bagian dinding sisi mihrab dipasang kaca berwarna putih bening dan bagian
atasnya dipasang kaca berwarna hijau yang mengelilingi ruangan tersebut. Kaca kaca
ini berfungsi sebagai penerangan alami ruangan masjid di siang hari. Di ruang mihrab
ini terdapat enam tiang berfungsi sebagai penopang atap. Atapnya tidak bersusun
tiga, berbentuk segi delapan dan meruncing ke atas dan lebih pendek dari pada
atap bangunan induk. Dibagian ujung atapnya diletakkan sebuah mahkota terbuat
dari kayu ukir.
Sebagaimana
masjid masjid lainnya, di Masjid Sultan Kasimuddin ini juga terdapat sebuah
mimbar. Mimbar tua didalam Mesjid Sultan Kasimuddin ini dihias dengan ragam seni
ukir khas Bulungan yang begitu indah dengan pola ukir dedaunan sangat menonjol
dihampir semua bagian mimbar terutama pada bagian tangga, kepala mimbar, bagian
dalam mimbar yang semuanya diukir dengan sangat teliti dan dilapis cat berwarna
keemasan. Menurut penuturan masyarakat setempat, mimbar tersebut dibuat dan
dihadiahkan oleh seorang kerabat Kesultanan yang sangat ahli dalam seni ukir
Bulungan. Selesai.
Lokasi
Masjid Sultan Kasimuddin
Masjid Sultan Kasimuddin
Desa Tanjung Palas Tengah, Kecamatan
Tanjung Palas
Kabupaten Bulungan, Propinsi
Kalimantan Utara
Indonesia
View Masjid Sultan Kasimuddin in a larger map